Orang-orang
yang keras hati tidak akan mengenal kasih sayang. Tidak ada sedikitpun
kelembutan pada diri mereka. Hati mereka keras bagaikan karang. Kaku tabiat,
baik ketika memberi maupun menerima. Kurang peka perasaan, lagi tipis peri
kemanusiannya. Berbeda halnya dengan orang yang dikaruniai Alloh Ta’ala
hati yang lembut, penuh kasih sayang lagi penuh kemurahan. Dialah yang layak
disebut pemilik hati yang agung penuh cinta. Hati yang diliputi dengan kasih
sayang dan digerakkan oleh perasaan yang halus.
Rasulullah
itu adalah orang yang sangat dicintai oleh para sahabatnya, umumnya para
sahabat mencintai Rasulullah Saw, walau ada sebagian sahabat yang diam-diam
membenci Rasulullah. Tetapi mayoritas sahabat itu sangat mencintai Rasulullah
Saw.
Ada satu contoh kecintaan orang kepada Rasulullah Saw.
Menjelang suatu peperangan, Rasulullah sedang membariskan pasukannya karena
Rasulullah selalu merapikan barisan pasukannya. Ternyata ada seorang sahabat,
mungkin karena perutnya terlalu besar, selalu perutnya itu berada di luar
barisan. Kemudian Rasulullah lewat dan memukul perutnya itu agar dirapikan
dengan barisan. Lalu sahabat itu memandang Rasulullah dan berkata: “Engkau
diutus untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam, kenapa kau sakiti perutku?” Lalu
Rasulullah turun dari kudanya, dan menyerahkan alat pemukul itu, lalu berseru:
“Pukullah aku! Sebagai qishas atas kesalahanku.” Kemudian orang itu berkata:
“Tapi engkau pukul langsung kepada kulit perutku.” Lalu Rasulullah segera
membuka pakaiannya, tiba-tiba sahabat itu memeluk Rasulullah dan mencium
perutnya. Rasulullah kaget dan berkata: “Ada apa denganmu?” Sahabat itu
menjawab: “Ya Rasulullah, genderang perang sudah ditabuh, mungkin ini adalah
saat terakhir perjumpaanku denganmu. Saya ingin sebelum meninggal dunia, sempat
mencium perutmu yang mulia.”
Dan sahabat itu kemudian gugur
di medan perang setelah mencium perut Rasulullah Saw. Rupanya ini hanya
strategi dia agar bisa mencium perut Rasulullah Saw.
Kelak, setelah Rasulullah
meninggal dunia, kecintaan para sahabat itu diungkapkan dengan kerinduan yang
luar biasa kepada Rasulullah Saw.
Mengapa
Rasulullah dirindukan atau dicintai? Itu bukan hanya karena Allah SWT membuka
hati mereka untuk rindu, tetapi karena akhlak Rasulullah yang menarik kecintaan
mereka. Dan akhlak itu adalah Sunnah. Sekiranya kita mencontoh akhlak beliau
ini, pasti kitapun akan dicintai oleh banyak manusia. Tentu tidak oleh semua
manusia, karena Rasulullah juga tidak dicintai oleh sem ua manusia, tidak
dicintai oleh semua sahabat dan tidak dicintai oleh semua makhluk. Tapi
sekiranya kita mempraktekkan akhlak Rasulullah itu dalam pergaulannya dengan
orang banyak, pasti kitapun akan menjadi manusia, yang dicintai oleh kebanyakan
umat manusia.
Akhlak
Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam yang begitu agung memotivasi
kita untuk meneladaninya dan menapaki jejak langkah beliau. Pada zaman sekarang
ini, curahan kasih sayang terhadap anak-anak serta menempatkan mereka pada
kedudukan yang semestinya sangat langka kita temukan. Padahal mereka adalah
calon pemimpin keluarga esok hari, mereka adalah cikal bakal tokoh masa depan
dan cahaya fajar yang dinanti-nanti. Kejahilan dan keangkuhan, dangkalnya
pemikiran serta sempitnya pandangan menyebabkan hilangnya kunci pembuka hati
terhadap para bocah dan anak-anak. Sementara Rasululloh Shalallaahu alaihi
wasalam, kunci pembuka hati itu ada di tangan dan lisan beliau. Cobalah
lihat, Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam senantiasa membuat
anak-anak senang kepada beliau, mereka menghormati dan memuliakan beliau. Hal
itu tidaklah mengherankan, karena beliau menempatkan mereka pada kedudukan yang
tinggi.
Telah
kita saksikan bersama keutamaan akhlak dan keluhuran budi pekerti serta sejarah
kehidupan yang agung. Semoga semua itu dapat menghidupkan hati kita dan dapat
kita teladani dalam mengarungi bahtera kehidupan. Putra-putri yang menghiasi
rumah kita, selalu membutuhkan kasih sayang seorang ayah serta kelembutan
seorang ibu. Membutuhkan belaian yang membuat hati mereka bahagia. Sehingga
mereka dapat tumbuh dengan pribadi yang luhur dan akhlak yang lurus. Siap untuk
memimpin umat, sebagai buah karya dari para ibu dan bapak, tentu saja dengan
taufik dari Alloh Subhanahu wa Ta’ala.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar